2012-03-29

Mereka Bekerja Keras (Bukan Korupsi)

Di tengah pesta korupsi yang memuakkan di negeri ini, masih banyak kaum muda yang kreatif dan produktif berwirausaha. Mereka inovatif, mandiri, dan menghidupi orang lain dengan berbagai usaha.

Sarjana singkong. Itulah julukan bagi Firmansyah Budi Prasetyo (30) setelah ia berbisnis singkong. Lelaki asal Yogyakarta itu sejak tahun 2006 membuat singkong goreng yang renyah dan pulen berbentuk stik dengan nama Tela Krezz. Kata ”tela” diambil dari ketela, atau ”telo” alias singkong.

Di tangan Firmansyah, singkong dalam wujud tepung juga bisa berubah menjadi kue bolu dan brownies. Khusus di Yogyakarta, kedua produk tersebut diberi merek Cokro Tela Cake. Sementara di luar Yogyakarta, brownies dikenal dengan nama Kassafa.

”Kami menggunakan 100 persen singkong tanpa tambahan terigu,” ujar Firmansyah, yang dengan bangga menyebut dirinya master of singkong.

”Gelar” sarjana tela yang dia singkat menjadi ST dan MSi dari master of singkong bahkan dicantumkan dalam kartu nama lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini. ”Dari sepuluh teman gaul zaman kuliah, delapan orang jadi PNS, satu pengacara, dan saya jualan singkong,” ujar Firmansyah.

Si laris Sally

Kita tengok kegigihan kaum muda lain, yaitu Donny Pramono (29), kelahiran Kendari, Sulawesi Tenggara, yang bersekolah di Surabaya, Jawa Timur. Ia membuka usaha Sour Sally di mal Senayan City, Jakarta.

Pertama kali dibuka pada pertengahan tahun 2008, hingga berbulan-bulan kemudian, antrean panjang pembeli selalu mewarnai toko pertamanya itu.

Toko yang tidak menyertakan nama produk tersebut memang mengundang tanya. Setelah berada di dalam kios, barulah pengunjung akan mendapati produk yang dijual, yaitu yoghurt beku dengan berbagai macam topping. Pada awalnya, banyak yang mengira Sour Sally adalah waralaba dari luar negeri.

Donny, yang bergelar master di bidang pemasaran dari University of La Verne, California, Amerika Serikat, punya pemikiran sendiri tentang bisnis yang terilhami dari gaya hidup makan yoghurt di AS. Baginya, pencitraan merek berperan sangat penting untuk menciptakan gaya hidup yang sama di Indonesia.

”Saya ingin, ketika bicara yoghurt, orang langsung ingat pada Sour Sally. Bagi saya, siapa pun bisa membuat yoghurt. Jadi, bisnis saya harus kuat di branding,” kata Donny.

Untuk mewujudkan mimpinya itu, Donny menyiapkan konsep dagang dengan memakai jasa konsultan desain merek di Singapura. Dari konsultasi inilah lahir nama Sour Sally.

”Sally itu seorang gadis kecil yang manis, lalu dipadukan dengan sour yang artinya asam. Nama ini sesuai dengan produk yang dijual, yaitu yoghurt. Jadi, Sour Sally tidak hanya produk, tetapi juga merek dan karakter,” tutur Donny.

Inovasi, seperti dikatakan pakar pemasaran, Rhenald Kasali, menjadi kunci seorang wirausaha. ”Inovasinya bisa berupa produk, servis, juga cara memasarkan. Inovasi inilah yang menjadi pembeda dengan mereka yang disebut pedagang,” kata Rhenald.

Di sekeliling kita, inovasi produk salah satunya bisa dilihat pada produk kuliner. Banyak yang memilih bidang kuliner dengan mengambil semangat keindonesiaan. Lihat saja orang- orang yang memadukan cokelat dengan berbagai rasa jamu dan makanan tradisional. Ada pula yang mengubah singkong atau ubi menjadi brownies, mi, muffin, atau pie.

Jualan di bus

Inovasi juga menjadi salah satu kunci sukses Fiki Satari (36), pemilik bisnis clothing di Bandung dengan nama Airplane Systm. Clothing adalah sebutan untuk bisnis yang memproduksi sendiri, lengkap dengan label dari produk-produknya. Airplane Systm, sejak didirikan tahun 1998, punya beragam produk mode, seperti kaus, jaket, sweater, jins, sepatu, tas, ikat pinggang, dan dompet.

Seiring dengan tumbuhnya pemilik clothing, distro, factory outlet, dan mal yang menjual produk-produk bermerek internasional, persaingan yang kian ketat tak terelakkan. Fiki pun berinovasi, salah satunya dalam desain produk. Dia menerapkan apa yang berlaku di dunia mode. Sejak tahun 2007 dibuatlah tren berdasarkan musim.

Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran ini membagi setiap tahunnya ke dalam tiga musim dan membuat tema yang berbeda untuk setiap musim. Tema-tema ini diterapkan pada warna dan gambar produk, terutama pada kaus.

Sumber ide beragam. Untuk musim terbaru tahun ini, idenya berasal dari usia Airplane Systm yang mencapai 14 tahun. Berdasarkan angka tersebut dan target pasar untuk kalangan remaja, tema baru ini diberi nama Fourteen for Teenage. Salah satu koleksi kaus dari tema ini akan bergambar karya 14 seniman, di antaranya Tere dan Tisna Sanjaya.

Fiki juga pernah membuat tema Dancing Smoke tahun 2009 yang inspirasinya berasal dari asap obat nyamuk. ”Waktu melamun, saya lihat bentuk asap obat nyamuk. Ternyata kalau dilihat dengan teliti bagus juga karena bentuknya bisa berubah- ubah,” kata Fiki.

Dari bentuk asap ini, terciptalah berbagai gambar abstrak yang disablon di atas kaus. Tidak hanya itu, setiap gambar dimaknai sebagai personifikasi karakter manusia. Misalnya, tipe aliran asap yang lembut (laminar) cocok untuk mereka yang berkarakter tenang, sedangkan asap yang berputar-putar (swirl) bisa dipakai untuk mereka yang bertipe agresif. Dengan pilihan ini, setiap pembeli bisa memilih kaus sesuai dengan karakternya.

Fiki juga membuat cara pemasaran kreatif. Sejak tahun 2006, dia membuat toko berjalan dengan menggunakan sebuah bus yang disebut Airbus One. Bagian dalam bus dirombak, dipasangi rak untuk memajang produk-produk Airplane Systm. Bus ini didapat atas kerja sama dengan teman yang bekerja di perusahaan otobus.

”Ide dan jaringan yang luas adalah kunci berwirausaha. Biaya juga. Tetapi untuk biaya, sumbernya bisa berasal dari mana saja, seperti yang saya lakukan dengan membuat Airbus One,” kata Fiki.

Inovatif, cerdas, tekun, dan kerja keras membuka peluang usaha: itulah yang dilakukan kaum muda tersebut. Bukan korupsi yang menyengsarakan rakyat.

12 Wirausahawan Terbesar Sepanjang Masa

Menjadi seorang wirausaha adalah hal yang mungkin bisa terlihat sulit atau mudah. Menjadi seorang wirausaha bisa jadi panggilan hati. Berwirausaha pun butuh keberanian untuk mengambil risiko.
Hal-hal itu bisa jadi yang dipunyai oleh seorang Jeff Bezos. Awalnya, yakni pada tahun 1992, Jeff telah menjadi seorang wakil presiden senior di perusahaan reksa dana DE Shaw yang berbasis di New York. Lantas ia pun berangan-angan untuk membentuk sebuah perusahaan yang menjual buku melalui internet.
Jeff mengutarakan hal ini kepada bosnya. Apa tanggapan bosnya? "Itu terdengar sebagai ide yang bagus, tapi itu merupakan ide yang lebih bagus bagi seseorang yang belum mendapatkan sebuah pekerjaan yang bagus." Apa yang dikatakan bosnya tak lantas membuat Jeff mengurungkan keinginannya. Inilah ciri lain dari seorang wirausahawan sejati, yakni tidak hanya berani berangan-angan, tetapi juga berani mewujudkan.
Setelah 48 jam berpikir, Jeff keluar dari pekerjaannya yang nyaman itu dan memulai bisnis Amazon.com. Kini ia telah memiliki 56.200 pekerja. Nilai usahanya pun sekitar 80 miliar dollar AS. Apa yang dilakukan Jeff tersebut banyak dinilai oleh para editor hingga penulis senior dalam sejumlah media bisnis adalah suatu hal yang unik. Jeff telah membuat catatan tersendiri dalam perekonomian AS bahkan dunia. Bahkan ia pun dimasukkan sebagai 12 wirausahawan terbesar pilihan majalah Fortune.
Lantas siapa lainnya yang berhak disandingkan bersama Jeff dalam daftar tersebut? Ada Steve Jobs yang membuat Apple menjadi perusahaan yang paling panas dan bernilai di bumi ini.
Mark Zuckerberg yang akan membuat Facebook go public. Bahkan, disebut-sebut penawaran perdana saham media sosial ini akan menjadi yang terbesar sepanjang masa dengan nilai lebih dari 80 miliar dollar AS.
Bill Gates dengan Microsoftnya telah membantu revolusi dalam personal computer (PC). Larry Page and Sergey Brin, mereka adalah pendiri Google yang kini mempunyai nilai pasar sekitar 203,2 miliar dollar AS.
Fred Smith, pemilik perusahaan jasa logistik FedEx. Pengalaman wirausahanya justru didapatkan Fred ketika melayani negara dalam Perang Vietnam.
Herb Kelleher, pemilik perusahaan Southwest Airlines. Ia mempunyai pandangan bahwa "Pelanggan adalah orang yang pertama datang. Dan jika kamu memperlakukan karyawan kamu dengan baik, coba tebak? Pelanggan kamu datang kembali dan itu membuat para pemegang sahammu pun senang. Mulai dengan pegawai dan sisanya akan mengikuti."
Howard Schultz, si empunya kedai kopi Starbucks. Ia berhasil menghidupkan kembali merek Starbucks dengan menantang cara lama dalam melakukan sesuatu.
Sam Walton kini sukses mengelola toko Wal-Mart. Nasihatnya adalah berikan orang apa yang mereka mau. Dengan nasihatnya itu, Wal-Mart pun sukses dengan penjualan mencapai 446,9 miliar dollar AS.
Kemudian John Mackey, pemilik Whole Foods. Ia pun kini telah menjalankan Whole Foods Market dengan lebih dari 300 supermarket dan memperkerjakan lebih dari 56.000 orang.
NR Narayana Murthy, pendiri Infosys sebagai salah satu perusahaan terbesar di India yang membantu mentransformasi ekonomi negara Asia Selatan ini dan memasukkannya sebagai ekonomi yang patut diperhitungkan di dunia.
Oprah Winfrey yang dikenal dengan program televisi yang menginspirasi banyak orang. Ia pun disebut mempunyai perusahaan media yang tangguh.
Anita Roddick, pendiri Body Shop. Anita berhasil menjajakan produk perawatan tubuhnya yang bersahabat dengan alam.
Muhammad Yunus, si pendiri Grameen Bank. Banknya tersebut telah membantu banyak orang miskin dengan memberikan kredit mikro di Bangladesh. Kini model Grameen telah berkembang di lebih dari 100 negara dan membantu jutaan orang.
Dua belas orang tersebut adalah pilihan secara subyektif dengan penilaian bahwa mereka dan usahanya telah berdampak signifikan secara sosial dan ekonomi. Mereka telah menjadi inspirasi bagi para pekerjanya dan wirausahawan lainnya. Ada inovasi yang mereka ciptakan. Mereka telah memiliki organisasi yang berkelanjutan dan jika digabungkan memiliki nilai pasar lebih dari 1,7 triliun dollar AS. Mereka pun mempekerjakan lebih dari 3 juta orang, mulai dari yang tertinggi yakni 2,1 juta pekerja di Wal-Mart dan lebih dari 3.000 orang di Facebook.