Usahawan Edwin Soeryadjaya lagi jadi buah bibir. Bukan hanya karena ia
tengah meraih sukses besar sebagai usahawan, melainkan juga karena
keikhlasannya berteman dan kecintaannya kepada kedua orangtuanya. Dan
kendati menjadi sumber inspirasi para saudagar, Edwin tetap lebih suka
berada di belakang panggung.
Hal yang banyak dipercakapkan adalah
sikapnya ketika krisis Bank Summa sekitar tahun 1990. Pada masa yang
amat sulit itu, sang ayah, yakni William Soeryadjaya, melepas banyak
aset, termasuk saham di PT Astra International. Edwin lebih banyak diam
bersama orangtuanya. Tidak ada kata-kata mengumpat.
Ketika
ditanya Kompas, bisnis apa yang ia kembangkan sekarang, ia hanya berkata
pendek, ”Ada deh, namanya juga kita perlu hidup. Yang penting hidup
lurus.”
Sejumlah pengusaha terkemuka angkat topi soal Edwin.
Menurut mereka, sukses Edwin dalam bisnis pertambangan, perdagangan, dan
industri selama satu dasawarsa terakhir ini semacam buah dari
kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan.
”Dalam kehidupan bisnis dan
tentu juga dalam aspek kehidupan lain, keikhlasan yang dilakukan Edwin
itu sesuatu yang memesona. Sang Maha Pencipta memberi rahmat luar biasa
baginya,” ujar CEO Grup Garudafood Sudhamek Agoeng, di Jakarta, pekan
lalu. Apa yang dilakukan Edwin menambah spirit para pebisnis lain. Ia
membuat para pelaku ekonomi melihat ada lokomotif lain dari kehidupan
berbisnis.
Dari catatan Kompas, pencapaian Edwin dalam bisnis ini
sudah melampaui apa yang pernah diraih ayahnya. Hal yang kemudian
tampak menarik adalah sikapnya yang tetap rendah hati. Ia acap datang ke
forum publik, tetapi selalu enggan berada di panggung. Ia lebih suka di
belakang layar. Tidak heran kalau kini ia menjadi usahawan yang
dipandang publik.
Tentu bukan hanya Edwin yang patut menjadi
contoh dalam berbisnis dan berbagai sikap nonbisnis, seperti ketabahan
dan keikhlasan. Anak-anak dari taipan Eka Tjipta Widjaja termasuk di
antara pebisnis yang sukses. Mereka juga dikenal taat kepada orangtua.
Eka Tjipta juga mendidik mereka dengan keras. Hasilnya, anak-anaknya
kini jauh dari manja, menjadi pekerja keras, dan tidak mudah menyerah.
Nirwan
Bakrie, Solichin Kalla, dan Erwin Aksa Machmud, sekadar menyebut
beberapa contoh, juga termasuk di antara usahawan-usahawan sukses yang
tetap dekat dengan orangtuanya. Orangtua menjadi sumber inspirasi dan
panutan yang luar biasa.
Soal Jusuf Kalla, sebelum menjadi
menteri dan wakil presiden, ia adalah usahawan terbesar di Indonesia
timur. Semasa ayah bundanya masih hidup, ke mana pun ia pergi, ia selalu
pamit kepada ayah bundanya.
Pesan moral yang ada, kecintaan
kepada orangtua yang selalu berbuah manis. Tentu ini jauh dari panggung
ilmiah, jauh dari pelbagai teori ekonomi. Ini hanya bisa dirasakan oleh
mereka yang penuh cinta kepada orangtua.
0 komentar:
Post a Comment